Tanpa buang - buang waktu lagi, apalagi buang Aer. Langsung saja ini Naskah Drama-nya. Kalo menurut ane sih lumayan lucu :D !!CEKIBROOOT!!
Penculikan
Di sebuah rumah mewah dengan perabotan yang mahal, tampak dari ruang
keluarga seorang pembantu yang tengah memasak di dapur. Tiba – tiba telepon
berdering (kring…kring…). Dia langsung bergegas ke ruang tengah untuk
mengangkat telepon sambil memegang ulekan di tangannya.
Bi’ Siti : (Mengangkat telepon) Halo…
Penculik : Apa benar ini kediaman Ibu Kiki?
Bi’ Siti : Ya, benar. Ini siapa ya?
Penculik : Saya penculik.
Bi’ Siti : Oh…tunggu sebentar ya! Bu ada telepon dari
penculik! Eh…tunggu idulu,
yang nelpon tadi…penculik…??? (Pingsan seketika)
Ibu Kiki : (Datang menghampiri Bi’ Siti) Ada apa sih Bi’? Ya ampun Bi’!
Kok itidur disini sih?! (Sambil
menutup gagang telepon)
(Tiba – tiba telepon berdering (kring…kring…). Ibu Kiki langsung duduk
dan mengangkat ulekan. Ia mengira ulekan itu adalah telepon)
Ibu Kiki : (Mengangkat ulekan) Halo…halo…Aduh maaf ya, suaranya kurang ijelas nih…(Melihat ulekan yang dipegangnya) Oh iya
salah… i(Kemudian mengangkat gagang
telepon) Halo…
Penculik : Ini dengan Ibu Kiki?
Ibu Kiki : Ya dengan saya sendiri. Ini siapa ya?
Penculik : Saya penculik!
Ibu Kiki : Pe…pe…penculik?!
Penculiki: Ya, saya sudah berhasil
menculik anak ibu. Kalau ingin anak ibu kembali,
ibu harus membayar uang tebusan sebesar Rp 1 Milyar!
Ibu Kiki : Apa! 1 Milyar?!
Penculik : Ya! Dan ingat, jangan laporkan hal ini pada polisi!
Ibu Kiki : I…iya…ya…ya…Dimana saya memberikan uang tebusan itu?
Penculiki: Di rumah kosong, Gg.
Sukabangkrut. Saya tunggu sampai jam 03.00 sore. (Menutup telepon)
Bi’ Siti :i(Tiba – tiba
siuman) Laporin aja ke polisi bu! 1 Milyar itu kan
banyak bu!
Ibu Kiki : Lho? Kok kamu dengar sih? Kamu tidur atau nguping?
Bi’ Siti : Mmm…dua – duanya bu…(Sambil menggaruk kepala)
Tapi, pokok – nya laporin aja deh bu!
Ibu Kiki : Mmm…gimana ya? Ya udah deh…(Menelepon polisi) Halo, ini
Kantor Polisi? (Terdiam sejenak)Tolong saya bu! Anak saya diculik. (Terdiam
sejenak) Saya Ibu Kiki. Rumah saya di Jl. Sukasepi no. 4. Ya, Terima
kasih ya bu. (Menutup telepon)
(Beberapa saat kemudian, Ibu Kiki sudah berada di depan rumah kosong
yang dimaksud si penculik, bersama 2 orang polisi)
Polisi I : Ibu masuk dulu, kami akan mengawasi dari sini.
Polisi II: Ya. Kami akan mengintai dari sini. Jadi ibu nggak perlu
khawatir.
Ibu Kiki : Iya…iya…( Masuk ke dalam rumah kosong itu).
(Kemudian si penculik itu keluar sambil membawa anak Ibu Kiki yang
diculiknya)
Penculik : Anda Ibu Kiki?
Ibu Kiki : Iya benar, saya Ibu Kiki.
Penculik : Anda membawa uang tebusannya?
Ibu Kiki : Ya, saya membawanya. Kembalikan anak saya!
Penculik : Enak aja! Duitnya dulu dong! Baru anaknya saya kembalikan.
Ibu Kiki : Nih! (Menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada
penculik)
Penculik : Ini isinya duit?!
Ibu Kiki : Ya iyalah…dah tau nanya!
Penculik : Nggak bermodal banget sih! Pake koper kek! Mana isinya duit
receh lagi! (Sambil menggoyang – goyangkan kantong plastik itu).
Ibu Kiki : Eh! Emang beli koper nggak pake’ duit apa?! Lagian kan yang
penting isinya duit!
Penculik : Huh, ya udah deh nggak apa – apa. (Membuka kantong plastik
itu) Hmm…niat banget nih ibu – ibu ngasih gue duit…(Bicara dalam hati).
Ibu Kiki : Ya iyalah…secara gitu loh…orang kaya…(Bicara dalam hati).
Penculik : Nih! Anak ibu saya kembalikan! (Sambil mendorong Dian, anak
Ibu Kiki ke arah Ibu Kiki).
Dian : Mama! (Sambil memeluk Ibu
Kiki).
Ibu Kiki : Ya ampun Dian! Mama khawatir banget sama kamu sayang! Eh, ini
dibuka dulu ya. (Sambil membuka plastik yang menutupi kepala Dian) Ha…! Lho
kok…anak saya jadi jelek kayak gini sih, ini bukan anak saya!
Penculik : Lho?! Jadi ini bukan anak ibu?
Ibu Kiki : Ya…kayaknya sih dia emang anak saya, tapi dulu dia itu
cantik. Nggak kayak gini! Ya udah deh, dia saya ikhlasin aja buat kamu! (Sambil
mendorong Dian ke arah penculik).
Penculik : Ogah ah! Anggap saja anak ini adalah kenang –kenangan dari
saya untuk ibu dan uang ini sebagai kenang – kenangan dari ibu untuk saya.
(Sambil mendorong Dian ke arah Ibu Kiki)
(Tiba – tiba saja polisi muncul dengan mendobrak pintu)
Polisi I : Angkat tangan! (Sambil menodongkan pisang).
Polisi II : Eh! Itu…(Sambil menunjuk ke arah pisang itu).
Polisi I : Oh iya, maaf!
Polisi II : Angkat tangan!
Penculik : Iya, dari tadi juga dah angkat tangan kok!
Polisi I : Kalian berdua ditangkap!
Ibu Kiki : Lho! Kok saya juga ditangkap sih?! Kan yang nyulik anak
saya itu dia! (Sambil menunjuk si penculik) Saya ini kan ibunya! (Sambil
menunjuk Dian)
Polisi II : Dia ditangkap karena menculik anak ibu dan ibu
ditangkap karena menolak anak ibu sendiri.
Ibu Kiki : Apa?! Tapi kan…
Polisi I : Sudah! Menjelaskannya nanti saja di Kantor
Polisi!
Akhirnya polisi membawa Ibu Kiki dan si penculik ke Kantor Polisi.
Sementara itu, Dian dipulangkan ke rumahnya.
Pesan moral dari cerita ini
adalah: Jangan pernah menyia – nyiakan sesuatu atau orang yang selama ini kita
miliki.
Selesai
^^
0 komentar:
Posting Komentar